Ruteng, Pijarflores.com – Dalam rangka Hari Air Dunia, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo Manggarai, mengadakan kegiatan tanam ribuan pohon.
Kegiatan itu bertujuan guna mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kekuatan, kapasitas, dan penyaluran yang merata bagi seluruh masyarakat Manggarai.
Demikian ditegaskan oleh Direktur PDAM Tirta Manggarai Marsel Sudirman, dalam rangka penanaman seribu pohon di mata air Wae Ajang-Lembah Leda-Waelengkas, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai Kamis, 23/03/2023.
“Hari Air Dunia menjadi momen bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo Manggarai untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kekuatan, kapasitas, dan penyaluran yang merata bagi seluruh masyarakat Manggarai. Pekerjaan yang dilakukan oleh PDAM setiap hari adalah mengontrol aliran air dari mata air menuju pusat penyaluran, kemudian disalurkan kepada masyarakat. Kami sering mendapat kritikan dari masyarakat karena kurangnya air minum di beberapa titik. Tapi masyarakat tidak pernah tahu apa yang kami lakukan setiap hari. Masyarakat hanya tahu menikmati, tetapi ketika macet, kami dari PDAM yang disalahkan,” ujar Marsel.
Hadir juga dalam kegiatan tanama pohon, Seretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Manggarai bapak Fansi Aldus Jahang, mewakili Bupati Manggarai.
Fansi mengatakan bahwa peringatan Hari Air Sedunia (HAS) adalah gerakan yang dicanangkan dalam sebuah resolusi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dimulai sejak tanggal 22 Desember 1992. Dalam resolusi itu diputuskan bahwa setiap tanggal 22 Maret setiap tahun seluruh dunia wajib melakukan acara seremonial dalam rangka memperingati HAS. Karena itu, hari ini kita peringati HAS ke 31.
“Peringatan Hari Air Sedunia (HAS) adalah gerakan yang dicanangkan dalam sebuah resolusi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dimulai sejak tanggal 22 Desember 1992. Dalam resolusi itu diputuskan bahwa setiap tanggal 22 Maret setiap tahun seluruh dunia wajib melakukan acara seremonial dalam rangka memperingati HAS. Karena itu, hari ini kita peringati HAS ke 31. Dalam rangka HAS ini, seluruh masayarakat Manggarai diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap air,” kata Fansi.
Lebih lanjut Sekda Manggarai ini mengatakan, yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas airnya.
“Kualitas air harus sesuai standar kesehatan PBB dalam hal ini badan kesehatan PBB World Health Organisation (WHO). Mengenai kuantitas air, kita memerlukan berapa debit air sehari untuk ribuan pelanggan PDAM. Ini yang mesti kita perhatikan bersama. Sehingga protes-protes dari masyarakat dapat diminimalisir. Hari ini kita hadir di lembah air ini, untuk mendukung persediaan debit air tetap stabil. Karena itu, menanam pohon adalah salah satu cara kita menjaga air itu agar terus mengalir sampai ke dapur kita,” kata Fansi.
Sementara itu, sebelum memulai penanaman pohon secara simbolis oleh seluruh unsur masyarakat yang hadir, terlebih dahulu dilaksanakan ibadat pemberkatan secara Katolik oleh Ketua Komisi Budaya dan Pariwisata RD.Inosensius Sutam.
Pada kesempatan ini Dosen pengampu mata kuliah Budaya Daerah dan Sakramentologi UNIKA Santo Paulus ini mengatakan bahwa dalam budaya Manggarai dikatakan wakat betongngasa, manga waker nipu tae. Muntung gurung puu manga wungkut nipu curu. Tépo bétong sénggong, manga wolo nipu tombo. Artinya, ini adalah tanggungjawab kita. Air itu dari generasi ke generasi. Ia itu abadi dan kekal menurut kepercayaan Manggarai. Karena itu, kitalah yang menjadi generasi penjaganya. Di sini ada pohon ara, dan kita akan menanam.
“Dalam budaya Manggarai dikatakan wakat béto ngasa, manga wakér nipu taé. Muntung gurung puu manga wungkut nipu curu. Tépo bétong sénggong, manga wolo nipu tombo. Artinya, ini adalah tanggungjawab kita. Air itu dari generasi ke generasi. Ia itu abadi dan kekal menurut kepercayaan Manggarai. Karena itu, kitalah yang menjadi generasi penjaganya. Di sini ada pohon ara, dan kita akan menanam. Saya masih melihat beberapa kampung tua menyanyikan lagu Sembong ara pada saat pergi wa parong wae teku.
“Jadi ara itu adalah simbol dari air, dan dalam budaya Manggarai, air itu adalah jiwa kita. Karena itu, dikatakan bahwa biarlah pohon ara ini menjadi rimbun dan besar, supaya jiwa kita juga menjadi besar,” jelas RD Ino.
Lebih lanjut Doktor lulusan Paris, Perancis ini mengatakan, bukan tanpa sengaja saudara-saudari kita Bangka Leda menamakan sumber mata air ini Wae Ajang. Wae artinya air, ajang artinya sejenis kayu khusus untuk bangunan. Kayu yang kokoh. Karena itu, dirumuskan dalam ungkapan wake caler ngger wa, saung bembang ngger eta.
“Uwa haeng wulang, langkas haeng ntala. Di sini terdapat lima unsur kosmos yakni tanah, air, angin, api, dan awan. Langit adalah bapa menurut orang Manggarai “bapa langit” yang memberi air kepada “ibu bumi” wae weki simbol kehidupan melalui mata air”, ungkapnya.
Untuk diketahui, kegiatan penanaman seribu pohon ini dihadiri oleh seluruh unsur masyarakat Manggarai yakni Sekda Manggarai Fansi Aldus Jahang, Direktur PDAM Tirta Komodo Ruteng Marselus Sudirman, Kasat Pol PP Aldi Tjangkoeng, Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Heri Jelamu, Kepala Bagian (Kaban) BKPSDM Maksi Tarsi, Pasi Intel Kodim 1612 Manggarai Letda Inf. Fernando Mendonca, Kabagsumda Polres Manggarai Hyppo Bole, perwakitan tokoh agama Keuskupan Ruteng RD. Inosensius Sutam, DPC Manggarai Yopi Bole, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNIKA Santu Paulus Ruteng dan Prodi Sosial Ekonomi Pertanian (SEP) Unika Santu Paulus, BEM STIE Karya Ruteng bersama moderator, Osis SMAK Setia Bakti Ruteng, Osis SMK St. Aloisius Ruteng, berbagai media/pers yang hadir meliput kegiatan ini.
Kegiatan ini didukung oleh Dinas Kesehatan Manggarai, Gerakan Masyarakat (GERMAS) Hidup Sehat, BKKBN, PUPR, Bank NTT, Bank BRI, dan POSPAY di bawah tema “Mempercepat Perubahan Untuk Mengatasi Krisis Air dan Sanitasi”.
Penulis: Riky Huwa
Editor: Redakasi