Jakarta, Pijarflores.com – Pak Subur, seorang pengusaha sukses, selalu bersikap hati-hati dalam menjalankan bisnisnya.
Ia harus memastikan bahwa setiap keputusan dalam bisnisnya selalu menguntungkan dan aman secara hukum. Sebab tidak ada gunanya dapat untung besar tetapi ada banyak celah hukum yang berpotensi mendapat gugatan ganti kerugian dari pihak lain di kemudian hari. Jangan sampai terjadi, nilai gugatan ganti kerugian justru lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diraih.
Ibaratnya, keuntungan yang diraih hanya setara seekor kucing tetapi nilai gugatan ganti kerugian justru setara seekor lembu.
Dengan kata lain lembu harus dijual lebih dahulu untuk membiayai pencarian seekor kucing yang hilang. Itu sebabnya kalau Pak Subur melakukan negosiasi bisnis dengan partner bisnisnya, ia selalu didampingi oleh dua orang: seorang akuntan di sebelah kirinya, dan seorang lawyer di sebelah kanannya.
Si akuntan dengan cekatan menghitung berapa keuntungan yang bisa diraih. Si lawyer pun dengan sigap mempertimbangkan kesepakatan itu tidak menabrak rambu-rambu hukum yang ada, sehingga dipastikan aman secara hukum.
Maka ketika Pak Subur mengarahkan pandangan ke kiri, si akuntan mengedipkan matanya pertanda hasil kesepakatan dalam negosiasi bisnis itu sangat menguntungkan. Begitu pula ketika Pak Subur mengarahkan pandangan matanya ke kanan, si lawyer mengacungkan jempol pertanda kesepakatan dalam bisnis itu aman secara hukum.
Tetapi, sebagai manusia, si akuntan dan si lawyer ini ada-ada saja godaan. Keduanya merasa tidak cukup dengan fee yang dibayarkan atas jasa mereka. Keduanya bersekongkol untuk turut mengambil peluang bisnis (opportunity) dari bisnisnya Pak Subur.
Peluang bisnis itulah yang membuat kedua profesional ini tidak menjalankan perannya dengan tingkat profesionalitas tinggi, seperti kebiasaan sebelumnya.
Peluang bisnis yang diambil kedua profesional ini justru sangat besar dan menjadi penentu apakah bisnis Pak Subur ini kelak tetap berlangsung atau justru terus merugi dan bangkrut.
Keserakahan dalam bingkai pengkhianatan inilah yang justru membuat bisnis Pak Subur bangkrut dan jatuh miskin. Tidak menerima kenyataan bahwa Pak Subur harus mulai hidup dari nol, Pak Subur pun kena stroke dan kondisi fisiknya terus memburuk. Istri Pak Subur ingin tahu mengapa kondisi kesehatan Pak Subur memburuk begitu cepat dan sangat drastis.
Pak Subur berkata jujur pada istrinya bahwa tangan kanan (lawyer) dan tangan kirinya (akuntan) sendirilah yang menjadi penyebab strokenya itu. Menjelang akhir hayatnya, Pak Subur berpesan kepada istrinya bahwa ia ingin meninggal dengan cara yang mirip saat Yesus mati di salib.
Kedua tangannya direntangkan di dinding dan diikatkan pada paku. Pada saat menghembuskan nafas terakhir itulah, dia minta agar akuntan dan lawyer mengapitinya untuk menyaksikan saat-saat terakhir hidupnya.
Akuntan di sebelah kirinya dan lawyer di sebelah kanannya. Melihat akuntan dan lawyernya sudah berada di sisi kiri dan kanannya, Pak Subur pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Saat Pak Subur menghembuskan nafasnya yang terakhir itu, si lawyer dan si akuntan mengajukan pertanyaan yang sama kepada istri Pak Subur: “Mengapa Pak Subur harus minta kami berdua untuk menjadi saksi ketika dia menghembuskan nafasnya yang terakhir?” Istri dan anggota keluarga Pak Subur lainnya tidak pernah bisa memberikan jawaban ketika pertanyaan itu diajukan kepada mereka.
Tibalah Hari Minggu Palma. Si Akuntan dan si Lawyer hadir misa di gereja yang sama. Kisah sengsara Tuhan Yesus dibacakan tanpa lilin, tanpa pendupaan, tanpa salam dan tanpa tanda salib pada buku. Ada beberapa orang umat sebagai lektor datang ke hadapan imam, berlutut dan mohon berkat. Mereka membacakan kisah sengsara Tuhan Yesus dalam bentuk dialog.
Akuntan dan Lawyer duduk berdekatan. Mereka menyimak bacaan Injil yang dibawakan dalam bentuk dialog itu. Keduanya terperanjat dan saling berpandangan ketika narator sampai pada kalimat-kalimat seperti ini: “Sesudah menyalibkan Yesus, para serdadu membagi-bagi pakaian Yesus dengan cara membuang undi.
Di atas kepala Yesus terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: Inilah Yesus, Raja Orang Yahudi. Bersama dengan Yesus, disalibkan pula dua orang penyamun. Seorang di sebelah kirinya dan seorang lagi di sebelah kanannya. Maka, terpenuhilah sabda Kitab Suci: Yesus terhitung di antara orang-orang jahat”.
Narator pun melanjutkan: “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama Yesus ikut mencela Yesus: Hai Engkau yang mau merobohkan Bait Suci dan membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah Diri-Mu. Jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib. Orang lain Ia selamatkan tetapi Diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Dia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib dan kami akan percaya kepada-Nya”. Keduanya, si akuntan dan si lawyer merasa bahwa pertanyaan mereka terjawab hari ini, di hari raya minggu palma: mengapa Pak Subur minta akuntan dan lawyernya mendampinginya di saat-akhir menjelang Pak Subur menghembuskan nafasnya terakhir.
Selamat hari raya minggu palma dan selamat memasuki pekan suci bagi teman-teman yang merayakannya. (ed-2/4/2023)
Penulis: Edi Danggur
Editor: Redaksi