DaerahNews

Kunjugan Bupati Hery Nabit Ditolak, Hendrikus Epol: ‘yang Menyuruh dan Mensiasatinya Adalah Pater Simon’

×

Kunjugan Bupati Hery Nabit Ditolak, Hendrikus Epol: ‘yang Menyuruh dan Mensiasatinya Adalah Pater Simon’

Sebarkan artikel ini
Hendrikus Epol, Warga yang Hadir Dalam Pertemuan di JPIC. Foto: Redaksi (Ist).

Ruteng, Pijarflores.com – Hendrikus Epol seorang pemuda asal Gendang Cako, Poco Leok, menyampaikan kisah awal mengenai penolakan pembangunan PLTP Ulumbu di Poco Leok, oleh JPIC yang diketuai Pater Simon Tukan. Sabtu, 29/7/2023.

Menurut Hendrikus, kegiatan yang diselenggarakan oleh JPIC pada tanggal 27-28 Januari 2023, yang sempat dihadirinya bertempat di kantor JPIC, adalah pertemuan untuk menolak kehadiran Bupati Manggarai Hery Nabit.

Hendrikus menceritakan kepada beberapa awak media, bahwa dirinya hadir dalam kegiatan tersebut, menggantikan adik dari ayahnya yang bernama Anselmus Nggeok. Kamis, 27/7/2023.

“Saya datang ke kantor JPIC karena ada surat panggilan dari Pater simon melalui lembaga JPIC dengan tujuan surat untuk Anselmus Nggeok dengan Paulus Gari,” tutur Hendrikus.

Hendrik mengatakan, Anselmus Nggeok yang dipanggil Pater Simon Tukan tidak bisa hadir karena berhalangan.

“Waktu itu Bapa kecil saya Anselmus Nggeok berhalangan sakit, sehingga saya mewakilinya untuk hadir,” ujar Hendrik.

Sesampainya di Ruteng kegiatan dibuka oleh yang bernama Heri dan Pater Simon sendiri.

“Pada hari pertama yang membuka pertemuan pada Jumat, 27 Januari 2023 adalah Heri. Hari kedua pertemuan, Sabtu, 28 Januari 2023 dipimpin langsung oleh Pater Simon,” terang Hendrikus.

Pada pertemuan itu Hendrikus mendengarkan semua yang disampaikan oleh Heri dan Pater Simon, yang berlangsung di Rumah Pendidikan dan Pelatihan Niang santu Yosef, JPIC Dongang di Ruteng.

“Pater Simon memutar video yang ada di Mataloko tentang luapan asap panas pada perkebunan warga. Itu yang kami nonton. Termasuk tentang penolakan di Wae Sano, itu juga kami nonton,” kata Hendrikus.

Pada saat itu direncanakan oleh Pater Simon untuk menolak kehadiran Bupati Manggarai Hery Nabit di Lungar, dan yang berada di garis depan harus kaum ibu, dalam kunjugannya belum lama ini.

“Kalo terkait dengan penolakan kedatangan Bapa Bupati Manggarai, direncanakan Ibu-ibu yang tampil di depan, karena suara ibu-ibu biasanya diperhatikan oleh pemerintah,” ujar Hendrikus.

Hendrikus juga menambahkan, bahwa sepuluh (10) gendang yang diundang oleh Pater simon saat pertemuan, yaitu gendang Mocok, gendang Tadong, gendang Rebak, gendang Cako, gendang Lungar, gendang Tere, gendang Jong.

Saat itu alasan Pater Simon menolak, dengan mempertahankan konsep ‘gendang one lingko peang dan wae bate teku’.

“Bahasa pater Simon, kalo terjadi pemboran akan ada danau di Poco Leok hanya tinggal bangkanya (bekas) saja,” ungkap Hendrikus.

Konsep selanjutnya setelah pertemuan 2 hari di JPIC, Pater Simon minta kepada 10 gendang untuk merekrut ibu-ibu untuk melakukan aksi penolakan kehadiran bupati manggarai.

“Harus kaum ibu-ibu juga hadir untuk memperkuat pertahanan untuk menolak,” ujar Hendrikus.

Hendrikus menerangkan, kalau JPIC yang memfasilitasi pertemuan dengan perwakilan dari 10 gendang selama dua hari di kantor JPIC.

“Mulai dari makan minum hingga penginapan. Kemudian, kepada para peserta dari perwakilan 10 gendang itu, JPIC memberikan biaya (uang) kepada setiap peserta selama 2 hari dengan nominal Rp140 ribu, dan dipotong Rp50 ribu untuk biaya transportasi. Sehinga mereka hanya total menerima uang tuk bawa pulang ke Poco Leok hanya Rp90.000,” jelas Hendrikus.

Setelah pertemuan di JPIC, kemudian ada pertemuan lanjutan di gendang Cako.

“Yang datang waktu itu ada dua wartawan ke Gendang Cako dengan tujuan memutarkan video-video negatif tentang Geothermal, serupa dengan video sebelumnya di kantor JPIC pada pertemuan hari kedua,” kata Hendrikus.

Adapun tujuan pemutaran video negatif di hadapan warga Poco Leok menurut Hendrikus, agar yang hadir di Gendang Cako itu diperkuat, sehingga kaum muda, bapak-bapak, ibu-ibu yang tidak pernah keluar dari Poco Leok agar tetap kompak menolak kehadiran geothermal di unit 5-6 Poco Leok.

“Sengaja dibuat oleh JPIC agar kelompok muda, bapak-bapak, dan ibu-ibu menolak kehadiran Geotermal 5-6 di Poco Leok,” tutup Hendrikus.

Penulis: Riky Huwa

Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan