Ruteng, Pijarflores.com – Petani di Satar Mese melakukan panen raya perdana, pada tahun 2023 lalu tepatnya pada bulan Mei (2023) mendapatkan program penghentian sementara penyaluran irigasi persawahan guna untuk memutuskan siklus hama dan penyakit yang menyerang padi mereka.
Dua musim tanam dilewatkan para petani tepatnya di desa Tal, desa Iteng, desa Paka, dan desa Wewo, kecamatan Satar Mese.
Alhasil program pemerintah kabupaten Manggarai tersebut, melalui dinas pertanian kabupaten Manggarai mendapat dukungan dari petani di Satar Mese dan mendapat hasil panen yang memuaskan.
Diketahui produktivitas tanah selama lima tahun belakangan mengalami penurunan produksi, padahal sejak dahulu Satar Mese dikenal dengan lumbung padi di Nusa Tenggara timur.
Total luas lahan fungsional saat ini dikecamatan Satar Mese adalah 2404,5 hektar dengan rata-rata produktifitas 3-5 ton/hektar.
Pengembangan padi sawah di Kecamatan Satar Mese yang didukung oleh 2 irigasi besar yaitu Irigasi Wae Mantar 1 dan irigasi Wae Mantar 2, mengalami fluktuasi produksi.
Dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan produksi yang cukup luar biasa yaitu hanya mencapai 2-2.5 ton/ha yang jika dianalisa secara usaha tani sebenarnya ini sangat rugi.
Pelaksana tugas (Plt) kadis pertanian Manggarai, Laurensius Laot menyatakan, penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, serangan hama dan penyakit yang berdampak pada penggunaan pestisida yang cukup tinggi, penanaman non stop tanpa mengistirahat lahan sawah dan kurangnya pemahaman petani akan pentingnya penggunaan benih bermutu.
Sehingga berdasarkan penyebab-penyebab tersebut, pemerintah kabupaten Manggarai, pemerintah Kecamatan dan Stakeholder pendukung lain melalui koordinasi dan kalaborasi kerja yang baik melakukan gerakan besar dengan menutup sementara irigasi wae mantar 2 selama 5 bulan terhitung mulai tanggal 1 Mei 2023 sampai tanggal 30 September 2023.
“Tanggal 1 Oktober 2023 irigasi kembali dibuka untuk penanaman padi sawah. Dan untuk mendukung upaya peningkatkan produksi padi sawah pasca penutupan air irigasi, kami menyiapkan benih padi Inhibrida varietas Cakra Buana sebanyak 25.000 Kg atai 25 Ton yang merupakan Program Bantuan Benih dari Kementrian Pertanian RI untuk kawasan seluas 1000 hektar di irigasi wae mantar 2,” kata Laurens saat gelar panen perdana di Desa Tal, Kecamatan Satar Mese, Selasa (20/2/2024).
Ada empat Desa yang masuk dalam program ini yaitu Desa Tal seluas 664 ha, melibatkan 26 Kelompok tani, Desa Paka seluas 231 ha, melibatkan 12 kelompok tani, Desa Wewo seluas 79 ha, melibatkan 4 kelompok Tani, Desa Persp. Ulungali 26 ha, melibatkan 2 kelompok tani.
Dikatakana Kadis Lourens, berdasarkan hasil pengukuran produksi melalui proses ubinan pada setiap kelompok tani, diperoleh hasil produktivitas 7,5 ton/ha sampai 9,8 ton/ha. Estimasi perhitungan dirata-ratakan adalah 8 Ton/hektar dikali 1000 ha menjadi 8000 ton gabah kering panen. Kemudian dikonversi menjadi Beras sebanyak 3997,76 Ton Beras atau 3.997.760 Kg Beras yang jika di rupiahkan dengan harga beras sekarang yaitu Rp. 13.000/Kg, maka di peroleh Rp. 51.970.000.000.
Berdasarkan hitung-hitungan analisa usaha tani tersebut diatas, kata Laures, maka dapat simpulkan bahwa pengalaman mengistirahatkan lahan sangat perlu dilakukan karena mampu mengendalikan hama dan penyakit yaitu memutus rantai perkembangbiakan hama dan penyakit sehingga pada tahun ini produksi padi dikawasan 1000 hektar ini 100 persen tanpa penggunaan pestisida sehingga dipastikan beras yang dihasilkan juga sehat dan aman untuk konsumsi.
“Dengan penghentian air irigasi juga membuat lahan sawah secara alamiah mengalami proses netralisasi dari keasaman tanah akibat perendaman secara terus menerus, sehingga tanaman padi sawah menjadi sehat dan berkembang dengan baik,” ujar Laurensius.
Agustinus Jeradun, ketua kelompok tani Merpati akui ada peningkatan produktivitas yang siginifikan, karena adanya penurunan serangan hama didukung dengan penggunaan bibit yang bermutu.
“Dengan melihat keadaan padinya seperti ini berarti sudah ada peningkatan dari musim sebelum ini. Hal ini karena adanya program perubahan pola tanam,” kata Agus di selah panen raya di perawatan Tal Satar Mese.
Dirinya juga mengisahkan pengalaman beberapa tahun belakangan. Serangan hama begitu besar menyerang padi sawah hampir di seluruh Kecamatan Satar Mese.
“Sebelumnya sawah di Satar mese ini penyerangan hama begitu besar. Untuk menyemprot hama itu kita membutuhkan biaya besar,” kata Agus.
Agustinus menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang sudah membantu memberi solusi dengan perubahan pola tanam dan dampaknya sangat besar terhadap penghasilan mereka.
“Sebelumnya kami haru keluar banyak biaya untuk kerja sawah. Hal itu karena serangan hama cukup besar. Penyebab lain juga karena kelembaban tanah. Tahun ini hasil kami meningkat 7 ton/ha dibandingkan sebelumnya hanya mendapatkan 1 ton/hektar,” tutupnya
Penulis: Riky Huwa