Ruteng, Pijarflores.com – PT PLN menghadirkan Ahli geotermal ITB Ali Ashad dalam kegiatan konsultasi publik persiapan pengadaan tanah PLTP Ulumbu unit 5-6 Wellpad J dan Akses Road, yang dihadiri oleh ratusan warga dari desa Wewo dan Ponggeok, di aula Gereja Paroki Ponggeok, Rabu (4/8/2024).
Ali Ashad saat ditemui awak media menyampaikan kalau saat ini potensi Pengembangan Geotermal sudah menjadi sasaran utama di negara-negara dunia ini untuk pemanfaatan menjadi sumber energi listrik karena sangat ramah lingkungan.
Ali juga mengatakan, bahwa selain ramah lingkungan dari sisi emisinya, Geotermal juga sudah terkenal dengan keselamatan untuk para pekerjanya, karena tidak berpotensi merusak kesehatan para pekerjanya.
“Bahkan negara-negara yang potensi panas buminya tidak bagus seperti kita itu pun memaksakan diri untuk memanfaatkan itu karena apa pertama dari sisi lingkungan itu bagus karena emisinya rendah kemudian dari sisi teknologi sudah terbukti selama 100 tahun lebih sehingga dari sisi aspek keselamatan kerja segala macam itu sebetulnya tidak perlu ada yang diragukan lagi,” jelas Ali.
Sebenarnya yang ditakuti adalah berkaitan dengan sisi bagian dalam dari Geotermal sendiri karena sisi tersebut tidak nampak.
“Ya sebenarnya kalau di geotermal Ini kan ada sisi yang orang biasanya takut khawatir itu adalah sisi dalam bumi karena nggak kelihatan. Kalau urusan di permukaan biasanya kan lebih kelihatan jadi orang mungkin merasa itu tidak terlalu menakutkan. Nah di dalam bumi proses yang dianggap masyarakat takuti adalah proses pada saat pengeboran,” terang Ali.
Lebih lanjut kata Ali, Kejadian-kejadian aneh yang sudah ada dalam pikiran masyarakat karena sebelumnya sudah melihat kejadian-kejadian yang ada, seperti lumpur Lapindo.
“Karena pengeboran ini kan ada kejadian-kejadian seperti misalkan kasus Lapindo yang mana sebenarnya ini bukan pengeboran geothermal,” kata Ali.
Menurut Ali, pengeboran Geotermal itu jauh berbeda. Karena pengeboran Geotermal hasilnya adalah Uap. Jadi yang keluar ke permukaan bukan lumpur.
“Ini pengeboran gas geothermal, pengeboran geothermal itu hasilnya adalah uap. Jadi masyarakat mengira itu nanti bisa seperti Lapindo yang kemudian terjadi semburan dan tidak bisa dihentikan dan segala macam. Di dalam kenyataannya kejadian-kejadian seperti itu relatif aman dan bisa dikendalikan,” ungkap Ali.
Ali mengatakan, dalam pelaksanan kegiatan nanti akan ada dampak yaitu gangguan kebisingan dan debu.
“Untuk pelaksanaan kegiatan itu memang ada semacam gangguan-gangguan, maksudnya gangguan-gangguan ada namanya kebisingan dan debu. Karena banyak aktivitas-aktivitas kendaraan berat yang lewat, tapi sifatnya itu adalah sesaat. Jadi kalau kita bicara dalam konteks dampak polusi misalkan ada tapi polusinya itu minim dan lokal,” ungkap Ali.
Kegiatan konsultasi publik yang berlangsung selama dua (2) hari tersebut dihadiri ratusan warga di desa Wewo dan Ponggeok.
Selama kegiatan konsultasi publik, masyarakat terdampak menyampaikan banyak usulan mereka.
Warga desa Wewo merupakan warga yang terdampak langsung di PLTP Ulumbu. Sudah hampir belasan tahun mereka hidup di dekat lokasi PLTP Ulumbu.
Kegiatan tersebut diakhiri dengan penandatanganan berita acara kesepakatan yang disaksikan langsung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai, Kapolres Manggarai yang diwakili Waka Polres, Kodim 1612 Manggarai yang diwakili Kasiintel, Kejari Manggarai yang diwakili, dan beberapa Kepala Bagian dari Pemda Manggarai.