Selamat Pagi, salam Hijau, Salam Go-Green Geothermal
Sedikit sharing janji Surga dari Geothermal
Foto yang saya share diatas adalah Foto PLTP Geothermal di Patuha Jawa Barat. Asri dan Hijau bukan? Pertanian berdampingan dengan PLTP.
Coba ingat penjelasan sebelumnya soal Zona 1-2-3 Geothermal. Dari foto ini, terlihat ada kotak pagar batas antar lingkungan PLTP dan perkebunan warga. Nahh, ini adalah Zona batas wilayah PLTP saat project ini sudah jalan. Apakah ini namanya Zona 1?
Hehehe… Bukan
Zona 1 yang dibebaskan oleh Geodipa/PLN itu cukup luas, bisa hampir semua lembah ini. Bahkan bisa sampai radius kita berpijak dari foto yang diambil. Ini semua kalau bisa dimiliki PLN sejauh mungkin. Kenapa?
Pada saat eksplorasi, pertama kali sumur di bor, semua wilayah zona 1 itu kena imbas dari lalu lalang operasional kendaraan eksplorasi. Lumpur dimana-mana, tanaman semuanya diinjak, kotor, berantakan, mirip seperti lokasi tambang. Bedanya, geothermal hanya bor di titik kecil. Dimana-mana memang seperti itu. Demi bor se-diameter 12″ Pipe, hampir semua lahan kena imbas.
Lumpur yang diambil dari dalam tanah pun bisa berserakan kemana-mana. Kalau dekat pemukiman, lumpurnya ditampung dengan teknologi khusus biar tidak ganggu. Kalau lembah seperti ini, Lumpurnya bisa disiram kemana-mana atau bisa juga jadi tanah urug dipakai kemudian.
Kotor betul pada saat eksplorasi. Bahkan kotornya sampai hampir semua lembah ini.
Begitu sudah jalan, PLN cukup bikin kotak kecil di dalam Zona 1 ini untuk bikin rumah turbin, cooling tower dan ruangan operasional. Luasnya? Hehehe… Bisa hanya 1/8 (seperdelapan) dari luas Zona 1. Mirip seperti di foto ini, luas operasional pegawai PLTP hanya sekitar 10% dari Zona 1 yang dimiliki.
Lalu, setelah itu apa yang dilakukan PLN?
Dia datang ke warga Zona 1-2-3 itu: “Hei, kalian mau olah tanah ini gak jadi pertanian? Tanahnya milik kami, tapi biar gak nganggur, bisa kalian olah”.
Wahh, antusias itu warga sekitar. Warga tanya: ” Gimana mau jadi subur lagi?”
Jawab PLN. Wesss, don’t worry, sebagai program CSR, kami akan datangkan ahli pertanian terkemuka. Cukup dapat satu petak perorangan/per-KK, Bapak sudah bisa tanah kentang dll dengan buah melimpah paneh terus-menerus”.
Lalu, PLN bagi-bagi lahan ke semua warga untuk mereka olah, didampingi profesional. Hasilnya? Dataran Dieng bisa jadi penghasil kentang nomor 1 di Jawa Tengah. Juga demikian di lokasi lain.
Warga ini, lalu tanya: “Pak PLN, nanti kita bagi hasil?”
“Cukup 1 kg kentang untuk kami setiap panen” Jawab PLN.
Jawab warga: “wahh, dikit banget. Sekarung aja sekalian Pak”
“Kalau semua ratusan warga olah petakan itu kasi masing-masing satu karung, siapa yang makan? Hehehe” Kelakar PLN.
Warga jadi senang.
Jawabnya lagi: “kami ini di kampung, susah juga jual ke kota kalau ada hasil kebunnya”.
” Wahh, aman. Jalan akses kesini sudah kami siapkan. Tiap hari ada mobil operasional PLN bolak balik PLTP-kota, bisa titip buah-sayur kesitu”.
Walahhh… Nikmat apa lagi yang didustakan?
Warga hampir merasa hilang pekerjaan setelah jual tanahnya dulu, ternyata masih bisa ‘merasa memiliki’ lagi tanahnya untuk diolah seperti ini meski sah aset milik PLN.
Warga dan PLN hidup berdampingan, ditambah ada free listrik ke warga sekitar oleh PLN. Dulunya lokasi ini gelap gulita, sekarang terang benderang. Kampung terdekat dulunya jauh dari akses listrik dan transportasi, sekarang free listrik sebagai CSR dan nilai tahanya jadi tinggi karena akses kendaraan.
Mungkin ini terlihat seperti Janji Surga.
Maaf, saya memang orang Marketing, kalau jualan prodak Technology agak bikin terlihat wow dikit biar pendengar/calon customer terkesan.
Kalau masih belum percaya juga, ada jurus marketing paling handal diajari sama CEO atasan saya dari Cincinnati US dulu. Kalau sudah jelaskan panjang lebar ke customer dan masih belum yakin juga, bilang saja: “Seing is Believing”
Kau buktikan, kau lihat sendiri, maka engkau akan percaya. Suruh customer lihat sendiri instalasi yg sudah pernah dijalankan untuk pastikan orang lain pernah buat hal serupa dan mendapatkan manfaat. Atau, bisa juga dia pakai sendiri untuk yakinkan bahwa itu ternyata benar seperti janji Surga.
Dalam konteks ini, kalau masih belum yakin soal manfaat Geothermal bagi masy sekitar, datanglah langsung ke lokasi ini. Sudah banyak: di Patuha, Dieng, Sukabumi, dll, masih banyak lagi. Masyarakat sekitar banyak sekali dapat manfaatnya. Silahkan lihat sendiri, mungkin nanti anda akan bisa lebih yakin.
Rasul Thomas saja butuh bukti untuk percaya Janji Surga soal kebangkitan Yesus. Untungnya Yesus ini juga seperti saya, orang Marketing 😄, dia ladeni Thomas yang rasional dengan pembuktian langsung: sentuh lambung Yesus. Pembuktian dengan Mata Kepala Sendiri, langsung percaya itu Thomas. Mungkin Rasul Thomas ini mirip Kaka @~Mochii yg lebih banyak rasionalnya. Hehehe
Nahh, ada juga sebaliknya, janji NERAKA. Yang tolak atau segan dengan ini, bisa saja jadikan tahap eksplorasi dimana sedang hancur-hancurnya, kotor dan becek. Seolah-olah hancur seperti tambang. Silahkan datang ke lokasi yang sedang eksplorasi seperti di Mandailing Natal dll. Kotor seperti NERAKA. Ini yg memang terlihat seperti NERAKA. Tapi apakah nanti warga sekitarnya hidup dalam NERAKA? Nahh, makanya jangan hanya lihat lokasi Geothermal yang sedang eksplorasi, lihat juga yang lain yang sudah jalan setelah tahapan ini. Setelah NERAKA ada Surga? Bisa jadi Yes. Setelah Salib tentu ada Kebangkitan.
Saya tetap Yakin dengan Geothermal, karena sudah banyak kunjungi lokasi2 ini. Asri , hijau, damai dan ntentram. Balik lagi, kalau kalian masih gak percaya, bisa jadi karena belum lihat.
Atau bisa jadi juga, sudah lihat, tapi lihatnya hanya di tanah eksplorasi saja yang lagi hancur-hancurnya. Atau lihat project gagal.
Gak masalah. Memang begitu adanya. Tapi lihatlah perbandingannya. Berapa yang gagal dan berapa yg sudah sangat bermanfaat.
Sama halnya dengan Jembatan. Ada project gagal, jembatan hancur. Ada juga banyak jembatan berhasil dan dipakai masyarakat dengan sangat bersyukur bisa membantu akses. Bahkan dengan yang gagal itu, masyarakat tetap berharap suatu saat bisa diperbaiki karena memang sangat butuh. Tapi tidak tolak sama sekali.
Paling utama Geothermal ini adalah konsep Kemandirian Energi, tanpa bergantung atau merugikan orang lain.
Jangan sampai dukung PLN pakai Solar, yang ternyata solarnya merugikan masyarakat di Kalimantan atau Sumatra sebagai ladang minyak. Juga orang di pulau Jawa, gak punya tambang batu bara, tapi semua listriknya dari PLTP baru bara dari Kalimantan.
Hancur itu Kalimantan, kok malah Jawa bisa nikmati listriknya. Sekarang orang Jawa sadar. Sebentar lagi tambang ditutup, kami pelan2 mandiri. Ehh, ternyata banyak Geothermal yang ramah. Good, mari kita olah. Apalgi beberapa PLTU sudah mulai rencana tutup 5 tahun ke depan.
Okehhhh… Nanti kita sambung lagi Narasinya. Ke- Part 2.
Selamat pagi untuk kita semua. Salam Go-Green. Salam Geothermal.
Penulis: Maman (Nama Samaran)
Tinggal di Tangerang.
S1 Univ Trisakti
S2 MBA UoPeople USA
(Provokator Pendukung Geothermal di Poco Leok)