Ruteng, Pijarflores.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui Dinas Peternakar kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong kemajuan sektor peternakan daerah. Melalui program inovasi WINTUK (Kawin Suntik), pemerintah berhasil memperkenalkan teknologi inseminasi buatan (IB) pada ternak babi yang kini menjadi solusi atas berbagai persoalan klasik dalam pemeliharaan babi oleh masyarakat. Inovasi ni lahir dari kondisi ril di lapangan yang menunjukkan terbatasnya pejantan unggul, tingginya biaya pemeliharaan pejantan, hingga masih sering terjadi perkawinan sedarah (inbreeding). Tidak hanya itu, penularan penyakit yang disebabkan oleh hubungan kawin alam juga menjadi salah satu alasan perlunya pendekatan teknologi.
UjiCoba dan Pengembangan Program WINTUK mulai diuji coba sejak tahun 2022 dan dilanjutkan penerapanny secara bertahap pada tahun 2023. Pada fase awal ini, teknologi inseminasi buatan dilakukan di beberapa kecamatan, dengan hasil yang cukup menggembirakan. Peternak mulai memahami pentingnya peningkat an mutu genetik dan manajemen reproduksi yang lebih modern
Memasuki tahun 2024, program ini mulai diperluas melalui pembentukan kelompok kerja khusus berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Peternakan. Beberapa pelatihan dan sosialisasi kepada peternak pun digelar, menyasar peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penerapan teknologi IB.
Target dan Realisasi Pada tahun 2025, Dinas Peternakan menarg etkan program WINTUK dapat menjangkau 1 2 kecamatan di Kabupaten Manggarai, dengan total 1.500 ekor babi menjadi sasaran inseminasi buatan. Langkah ini diharapkan mampu mempercepat peningkatan populasi ternak unggul serta menekan angka penyakit menular pada babi, termasuk penyakit African Swine Fever (ASF) yang menjadi ancaman di beberapa wilayah.
Manfaat Langsung dan Dampak Sosial
Kehadiran WINTUK tidak harya meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan babi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi dan so sial yang signiflkan. Beberapa manfaat yang telah dirasakan peternak antara lain:
. Penurunan biaya pemelihar aan karena tidak lagi memelihara pejantan. Pola pemeliharaan lebih teratur dan terencana.
. Peningkatan pengetahuan masvarakat terkait teknologi reproduksi ternak.
. Terciptanya lapangan kerja baru bagi tenaga teknis inseminasi dan penyediaan semen babi unggul.
Selain itu, penerapan kawin s untik dinilai lebih murah dan efisien dibanding kan kawin alam, serta mampu meningkatkan produktivitas babi dengan jumlah anak per kelahiran (litter size) yang lebih tinggi.
Mendukung Tujuan Pembangunan Daerah
Kepala Dinas Peternakan K abupaten Manggarai menjelaskan bahwa inovasi ini selaras dengan isu strategis pembang unan d aerah vang tertuang dalam RPJMD 20 21-20 26, khususnya dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan keseiahteraan, dan pengentasan kemiskinan.
“WINTUK menjadi contoh nyata bahwa teknologi tepat q una bis a diterapkan di sektor tradisional seperti peternakan, dengan hasil yang lang sung menyentuh masyarakat,” ujarnya.
Menuju IGA Kementerian 2025
Keberhasilan inovasi WINTUK dalam dua tahun terakhir membuat Kabupaten Manggarai optimis untuk mengikutsertakan program ini dal am ajang Innovative Government Award (IGA) Kementerian Dalam Negeri tahun 2025. Harapannya, program ini tidak hanya memberi manfaat lokal, tetapi juga dapat direplikasi di daerah lain dengan karakteristik peternakan serupa.