Ruteng, Pijarflores.com – Realisasi program quick wins Pemerintahan Hery-Fabi, yang mengajak semua pimpinan OPD, melakukan gebrakan inovasi telah dijalankan dengan baik dan ada hasilnya atau dampaknya bagi masyarakat dalam meningkatkan akses pelayanan publik, salah satunya di Dinas PPO Kabupaten Manggarai.
Disampaikan Bupati Manggarai, Hery Nabit, setelah mengikuti kegiatan Musrenbang RPJMD 2025-2029, di hotel Revayah Ruteng, Rabu (2/7/2025).
Bupati Hery mengungkapkan bahwa target inovasi di awal tahun telah tercapai bahwa setiap perangkat daerah berhasil melakukan inovasi sebanyak eselon tiga, sehingga masyarakat dapat mengakses layanan publik dengan lebih mudah hari ini.
“Kalau di Dinas Pendidikan ada Gasing, dan ada juga penanganan Bullying di SMPN 1 Wae Rii. Kita berterima kasih bahwa hal-hal ini mulai tumbuh dan kita tidak bermimpi semuanya langsung sempurna tetapi inovasi ini terus berkembang sehingga tahun depan akan lebih baik lagi,” ujarnya.
Program quick wins ini telah memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan akses pelayanan publik. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh OPD telah membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan memberikan kemudahan bagi masyarakat.
Terpisah Kepala Sekolah SMPN 1 Wae Rii, Alexander Yohanes Babtista Alitrabis, yang juga sempat dalam pemaparan Inovasi tiap OPD di Hotel Revayah.
Alexander mengatakan, pihaknya telah menjalankan Inovasi di sekolah sesuai yang diperihtahkan Dinas PPO Kabupaten Manggarai. Di SMPN 1 Wae Rii telah suatu persoalan yang sangat meresahkan para orang tua dan guru, belakangan ini.
“Beberapa tahun yang lalu di SMP Negeri 1 Wae Rii terjadi kenakalan remaja yakni tindakan Intimidasi secara berkelompok yang dilakukan oleh peserta didik kepada kelompok peserta didik lain dalam satu sekolah,” kata Alexander, Kamis (3/7/2025).
“Tindakan Intimidasi atau tren disebut Bullying, dilakukan seusai jam sekolah dan biasanya sesaat anak-anak dari kampung lain hendak Kembali ke kampung mereka. Kondisi ini sangat mengganggu masyarakat sekitar dan juga integritas sekolah sebagai sebuah Lembaga Pendidikan,” tambahnya.
Menurut Alexander, berbagai upaya konvensional telah dilakukan untuk menceghah agar kejadiannya tidak terulang lagi seperti memberikan hukuman fisik berupa pukulan. Selain itu sekolah juga telah mengundang orang tua untuk berkoordinasi dan bahkan para siswa diminta membuat surat pernyataan untuk berjanji tidak melakukan hal serupa di kemudian hari.
Namun katanya fakta di lapangan menunjukan bahwa upaya-upaya itu tidak memberikan efekjera. Sebuah persoalan sepele justru memantik aksi mereka. Ternyata pendekatan selama ini belum menyentuh substansi persoalan pada pergaulan para peserta didik.
“Menanggapi kegagalan itu, SMPN 1 Wae Rii, sebagai sebuah Lembaga Pendidikan terpanggil untuk membangun tekad, agar persoalan kenakalan remaja yakni intimidasi ini segera diakhiri secara permanen. Untuk itu, pada tahun 2022 kepala sekolah melakukan koordinasi dengan para guru untuk memulai sebuah pendekatan baru dalam mengatasi persoalan intimidasi ini,” jelas Alexander.
Lebih lanjut sebutnya, tim dibentuk. Hal yang pertama dilakukan adalah melakukan pengamatan dan investigasi mendalam factor-faktor penyebab kekacauan ini. Setelah memakan waktu sebulan ditemukan data bahwa anak-anak pelaku memiliki kelompok pergaulan yang membentuk jaringan tertentu.
Kelompok ini lanjutnya, membentuk sebuah hirarki yang menentukan peran mereka dalam kelompok. Memahami hirarki dan peran setiap anggota merupakan titik balik yang baik dalam menuntaskan masalah intimidasi ini.
Untuk menyelesaikan persolan ini kepala sekolah menggunakan analogi jaring laba- laba. Analogi jaring laba-laba digunakan untuk memberikan pemahaman sederhana bagi para pendidik dalam menentukan alur pemutusan alur masalah ini. Karena alur penyelesaian menggunakan analogi jaring laba-laba maka pihak sekolah menggunakan konsep pembagian kebun masyarakat manggarai yakni Lodok Lingko.
“Lodok lingko dipahami sebagai proses membagi hak pengelolaan wilayah yang akan dijadikan kebun kepada anggota kelompok dengan mengikuti bentuk jaringan laba-laba. Analogi ini akhirnya berhasil menemukan siswa yang berperan sebagai otak dari semua kasus tersebut. Karena itu penanganannya harus sesuai dengan peran mereka masing-masing,” ucap Alexander.
Pada akhirnya masalah itu berhasil diatasi dengan memotong alur peran peran peserta didik dalam kelompok mereka. Selain itu juga kegiatan penyadaran massif dilaksanakan. Sejak tahun 2023 sampai saat ini kasus serupa tidak pernah terjadi lagi di SMPN 1 Wae Rii.