BeritaDaerah

Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Luncurkan Inovasi Wintuk, Dorong Produktivitas

×

Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Luncurkan Inovasi Wintuk, Dorong Produktivitas

Sebarkan artikel ini
Bupati Manggarai Hery Nabit, saat memberikan sambutan di pelaksanaan Musrenbang RPJMD Kabupaten Manggarai 2025-2029, di hotel Revayah Ruteng.

Ruteng, Pijarflores.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui Dinas Peternakan kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong kemajuan sektor peternakan daerah. Komitmen tersebut ditunjukan melalui Inovasi Kawin Suntik atau Wintuk

Melalui inovasi Wintuk, Dinas Peternakan berhasil memperkenalkan teknologi inseminasi buatan (IB) pada ternak babi yang kini menjadi solusi atas berbagai persoalan klasik dalam pemeliharaan babi oleh masyarakat.

 

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Drh. Yustina Hangung Lajar ditemui disela-sela Launching Gerakan Ideal, atau Gerakan Inovasi Daerah untuk Efisiensi dan Akselerasi Pelayanan Publik, di Hotel Revaya, Kamis (3/7) menjelaskan Inovasi Wintuk lahir dari kondisi riil di lapangan yang menunjukkan terbatasnya pejantan unggul, tingginya biaya pemeliharaan pejantan, hingga masih sering terjadi perkawinan sedarah (inbreeding). 

“Tidak hanya itu, penularan penyakit yang disebabkan oleh hubungan kawin alam juga menjadi salah satu alasan perlunya pendekatan teknologi,” jelasnya

Program Wintuk jelas Kadis Tuty mulai diuji coba tahun 2022 dan dilanjutkan penerapannya secara bertahap pada tahun 2023. Pada fase awal ini, teknologi inseminasi buatan dilakukan di beberapa kecamatan di Kabupaten Manggarai, dengan hasil yang cukup menggembirakan. Peternak mulai memahami pentingnya peningkatan mutu genetik dan manajemen reproduksi yang lebih modern. 

“Memasuki tahun 2024, program ini mulai diperluas melalui pembentukan kelompok kerja khusus berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Peternakan. Beberapa pelatihan dan sosialisasi kepada peternak pun digelar, menyasar peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penerapan teknologi IB,” tambahnya.

Menurut Kadis Tuty, pada tahun 2025, Dinas Peternakan menargetkan Inovasi Wintuk dapat menjangkau 12 kecamatan di Kabupaten Manggarai, dengan total 1.500 ekor babi menjadi sasaran inseminasi buatan. 

Langkah ini diharapkan mampu mempercepat peningkatan populasi ternak unggul serta menekan angka penyakit menular pada babi, termasuk penyakit African Swine Fever (ASF) yang menjadi ancaman di beberapa wilayah.

“Kehadiran Inovasi Wintuk tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan babi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan,” jelasnya.

Lebih lanjutnya menyampaikan beberapa manfaat yang telah dirasakan peternak. Manfaat tersebut antara lain 1) Penurunan biaya pemeliharaan karena tidak lagi memelihara pejantan; 2) Pola pemeliharaan lebih teratur dan terencana; 3) Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait teknologi reproduksi ternak; dan 4) Terciptanya lapangan kerja baru bagi tenaga teknis inseminasi dan penyediaan semen babi unggul.

Selain itu, penerapan kawin suntik dinilai lebih murah dan efisien dibandingkan kawin alam, serta mampu meningkatkan produktivitas babi dengan jumlah anak per kelahiran (litter size) yang lebih tinggi.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Manggarai, Frumencius L. T. Kurniawan mengatakan bahwa inovasi Wintuk yang digagas Dinas Peternakan tersebut selaras dengan isu strategis pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD 2021–2026, khususnya dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, dan pengentasan kemiskinan.

“Inovasi Wintuk menjadi contoh nyata bahwa teknologi tepat guna bisa diterapkan di sektor tradisional seperti peternakan, dengan hasil yang langsung menyentuh masyarakat,” ujarnya.

Dia menambahan, keberhasilan inovasi Wintuk dalam dua tahun terakhir membuat Kabupaten Manggarai optimis untuk mengikutsertakan program ini dalam ajang Innovative Government Award (IGA) Kementerian Dalam Negeri tahun 2025. Harapannya, program ini tidak hanya memberi manfaat lokal, tetapi juga dapat direplikasi di daerah lain dengan karakteristik peternakan serupa.