Ruteng, Pijarflores.com – Kunjungan tim PADIATAPA (Persetujuan Informasi diawal tanpa paksaan) untuk melakukan sosialisasi di Poco Leok, kembali dihadang oleh beberapa oknum di kampung Lungar.
Pantauan langsung media ini, tim PADIATAPA bersama tim PLN dan pemerintah setempat tetap tidak diberi ruang oleh beberapa oknum dari kampung Lungar untuk masuk ke wilayah Poco Leok. Kamis (23/11/2023).
Kejadian itu berawal dari kehadiran rombongan tim PADIATAPA dan tim PLN yang didampingi oleh pemerintah kecamatan Satar Mese, serta keamanan TNI/Polri.
Saat memasuki pertigaan kampung Lungar tepatnya pada pukul 10.04 Wita, di desa Lungar, semua mobil dari rombongan diperhatikan satu per satu oleh para pelaku pengahadangan dari desa Lungar dan sekitarnya, yang menolak kunjungan tim FPIC dan tim PLN yang hendak menuju kampung Mano, desa Mocok.
Seolah-olah ada musuh mereka di beberapa mobil yang hendak menuju kampung Mano, semua mobil yang melintas mereka melihatnya sampai mengintip ke kaca jendela mobil.
Para pelaku penghadangan pun berhenti di mobil Bis Kayu (Angkutan pedesaan) yang berwarna orange karena melihat Sekcam Satar Mese dan juga sopir truck yang sudah mereka kenal.
Sekelompok ibu-ibu yang menghadang menanyakan kepada Sekcam Satar Mese Mikhael Ojang, untuk apa membawa PLN ke wilayah mereka.
“Kudut co dades ata so ce beo dami (Untuk apa mengantar PLN ke kampung mereka), ujar ibu-ibu itu secara bergantian.
Seorang pemuda yang memakai celana pendek dan baju kaos hitam sempat ingin membuka pintu mobil Bis Kayu sambil mengeluarkan ancaman kepada sopir untuk tidak boleh melewati jalan itu lagi.
“Hau asi lewat ce ho kole, tapa oto de hau laku(Kau tidak boleh lewat jalan ini lagi, saya akan bakar mobil mu),” kata pemuda itu.
Anggota polres Manggarai dan Kodim 1612 (Koramil Satar Mese 07) yang ikut mengamankan kegiatan tersebut, dengan susah payah menghadang para ibu-ibu, beberapa pemuda, dan orang tua yang hendak membuka pintu Bis Kayu tersebut.
Karena mobil Bis Kayu tetap diperintahkan untuk terus berjalan, akhirnya ibu-ibu, beberapa pemuda, dan orang tua yang sempat menghadang mundur.
Tim PADIATAPA dan tim PLN tetap didampingi oleh pemerintah setempat dan pihak keamanan TNI/Polri melanjutkan perjalanannya menuju kampung Mano.
Sesampai di kampung Mano pada pukul 11.00 Wita, masyarakat setempat dengan ramah menyambut tim PADIATAPA dan tim PLN, serta pemerintah kecamatan dan anggota TNI/Polri.
Hironimus Dohat tokoh muda kampung Mano, desa Mocok, menyampaikan keluhannya terkait listrik yang belum masuk ke kampungnya.
Menurut Hironimus semua masyarakat tau kalau beberapa bulan lalu tim survei Listrik Desa (Lisdes) yang hendak pergi ke kampung Mano dihadang oleh beberapa masyarakat di pertigaan Lungar. Oleh karena itu semua masyarakat kampung Mano siap untuk menjemput tim survei Lisdes ketika akan melakukan survei ulang.
“Kalau tim Lisdes datang lagi pak, tolong perketat keamanan dari TNI/Polri. Kami juga nanti akan siap untuk menjemput tim suvei Lisdes saat itu pak,” tutup Hironimus.
Sandro Ginting dari tim PLN mengatakan, bahwa 2 bulan lalu dari PLN sendiri melalui program Lisdes, tim survei sempat ingi ke kampung Mano. Tetapi karena adanya penghadangan oleh sekelompk wsrga yang menolak di Lungar, maka tim Lisdes pun kembali ke kota Ruteng.
“Kami akan jawab sesegera mungkin, nanti selanjutnya kami akan sampaikan untuk pengembangan jaringan listrik di kampung Mano, ke tim Lisdes. PLN berkomitmen akan mengaliri listrik ke seluruh wilayah Poco Leok,” kata Sandro.
Kegiatan sosialisasi PADIATAPA dan tim PLN berakhir pada pukul 16.30 Wita, semua rombongan pun pulang.
Sesampai di pertigaan Lungar, para ibu-ibu disuruh untuk duduk di tengah jalan, dan tidak jelas apa yang mereka mau sampaikan ke pihak tim PADIATAPA dan tim PLN.
Tetapi pihak keamanan dari TNI/Polri dengan cepat menyuruh mereka agar segera keluar dari jalan tersebut.
Karena semua mobil tetap berjalan, para ibu-ibu pun dengan sendirinya berdiri dan keluar ke bahu jalan.
Sekelompom ibu-ibu itu pun kembali mengeluarkan kata kasar dan kotor. Mereka mengatakan kalau Sekcam Satar Mese Mikhael Ojang itu orang bodoh dan tidak berpendidikan.
“Hau sekolah bon, toe bae le hau ilmu Biologi ko (Kau percuma saja sekolah, kau tidak tau ilmu Biologi). Co tara dade ise meu ce ho (Kenapa anda membawa mereka (PLN) ke sini,” ungkap seorang ibu sambil menunjuk sekcam Satar Mese.
Dengan ramah sekcam Satar Mese Mikhael Ojang menjawab, bahwa dirinya sedang menjalankan tugas negara.
“Pemerintah aku (Saya Pemerintah),” jawab Sekcam Satar Mese singkat.
Seorang kakek yang memakai baju orange berkerak dan mengenakan topi dari bahan batik memaki sekcam Satar Mese, karena mobil yang ditumpangi (truck kayu) terus berjalan ke arah Ruteng.
“Hio L*** Acu hio len (Dalam bahasa Manggarai merupakan caci maki yang sangat kejam),” ungkap orang tua itu.
Akhirnya semua rombongan terus berjalan sampai ke kampung Ndajang, dan setelah semua rombongan sudah sampai di kampung Ndajang, barulah rombongan bersama-sama menuju Ruteng, dan anggota TNI/Polri tetap mengawal tim FPIC dan tim PLN sampai di kota Ruteng pada pukul 19.00 Wita dengan aman.
Penulis: Riky Huwa