Ruteng, Pijarflores.com – Warga Poco Leok, yang melakukan aksi di hari lingkungan hidup, disuruh untuk berkata-kata kasar agar perseteruan semakin panjang antar mereka dengan pihak Pemerintah Daerah Manggarai, sementara Tedi CS, sudah minta maaf ke Bupati Hery Nabit (5/6).
Tedi Sukardin merupakan salah satu orator yang menyerukan terkait polusi yang terjadi akibat adanya Geothermal.
“Itu polusi bagi kami,” kata Tedi Sukardan saat berorasi di depan Kantor Bupati Manggarai, Kamis (5/6/2025) siang.
Tetapi setelah menyampaikan terkait Polusi udara di wilayah Poco Leok akibat pembangunan Geothermal yang belum dilaksanakan di wilayah Poco Leok tersebut, Tedi Sukardin langsung mengisap rokok.
Tedi juga terlihat menghisap sebatang rokok, hampir juga seluruh laki-laki yang hadir saat melakukan aksi menghisap rokok dan juga membuang sisa rokoknya di badan jalan, padahal mereka demo itu pada Hari Lingkungan Sedunia.
Para peserta aksi dari Poco Leok terlihat hanya diam, mereka hanya menunggu komando untuk duduk dan berdiri. Sikap-sikap mereka saat aksi itu sudah diatur.
Terlihat juga ada beberapa pemuda yang keluar dari kerumunan dan pergi menuju pertokoan, dan bilang kalau sudah lapar dan tidak mau makan makanan yang sudah disiapkan kordinator.
“Darem ge pak (lapar sudah pak), aku kudut ngo kawe hang lau hio di (saya mau cari makan di bawah itu dulu), cepisa nan hang sot poli siap tong (kapan tempo makan makanan yang sudah disiapkan),” pintanya ke media ini, sambil berjalan ke arah Utara Natas Labar Motang Rua.
Saat itu (5/6), salah satu kordinator dari Poco Leok, dengan santun menyampaikan, permohonan kepada Anggota Polres Manggarai, agar bisa mendampingi mereka saat pulang, karena Bupati Hery Nabit yang didampingi oleh para ASN dan beberapa warga yang hadir begitu saja menghadang mobil pendemo.
Bupati Hery hanya meminta agar mereka meminta maaf, supaya masala tidak berkepanjangan dan nama-nama kampung yang disebut orator itu tidak tersinggung.
“Saya hanya mau yang sebut kata Sampah dan nama-nama kampung itu tadi minta maaf, hanya itu saja,” sebut Bupati Hery di depan mobil Dumtruck pendemo.
Tidak mau menjawab yang dikatakan Bupati Hery, para pendemo meminta anggota Polres Manggarai untuk mengamankan mereka.
Polres Manggarai pun mengamankan beberapa mobil milik warga Poco Leok, ke Markas Kepolisian Resort Manggarai.
Setelah itu Bupati Hery Nabit masuk ke dalam Mapolres Manggarai, dan bertemu dengan warga Poco Leok.
Sementara saat bertemu warga Poco Leok, Bupati Hery menyampaikan, bahwa hak berbicara itu ada, tetapi ada beberapa batasan yang wajib dipatuhi.
Karena menurut orang nomor satu (1) di Manggarai itu, ketika pendemo menyebut nama orang tidak dengan hormat, apa lagi menyebut keluarga dan Suku orang lain tidak dengan hormat, maka akan menimbulkan benturan dan persoalan lain lagi.
Sehingga Bupati meminta kepada warga Poco Leok, agar bisa menjaga itu. Penting sekali untuk menghargai satu sama lain.
Warga Poco Leok kemudian meminta maaf kepada orang nomor satu (1) Kabupaten Manggarai itu. Terpantau beberapa warga Poco Leok, berjabat tangan dengan Bupati Hery Nabit. Terlihat Tedi Sukardin, sedang berbicara dengan Bupati Manggarai dan berjabat tangan.
Bupati Manggarai Hery Nabit, saat ditemui di depan Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Manggarai, mengatakan, bahwa dirinya sudah berjanji dengan warga dari Poco Leok saat bertemu di dalam Mapolres Manggarai, akan melakukan kunjungan ke Poco Leok.
“Saya akan berkunjung ke Poco Leok Minggu depan, saya sudah beri tau mereka (Warga Poco Leok) di dalam (Mapolres Manggarai). Tidak boleh ada yang menghadang lagi,” ucapnya sambil meninggalkan Mapolres Manggarai.
Kejadian Aneh saat demo berjalan
Situasi di luar dugaan dari yang hadir menyaksikan aksi yang mereka sebut damai itu, terlihat satu (1) bingkisan yang aneh yang dibuang oleh Tedi CS.
Bingkisan itu merupakan sebuah kantong kresek berwarna putih berisi garam, lilin, batu, Halia, dan kertas sepotong yang ada isinya.
Dari saksi yang melihat kantong plastik putih itu, bingkisannya diduga dibuang oleh pendemo dari Poco Leok ketika mau pulang.
“Saat saya berjalan menuju ke arah Barat, di depan kantor Bupati Manggarai, tepatnya di Podium bagian Selatan di Natas Labar, saya melihat kantongan plastik berwarna putih itu dan isinya dibuang ole para pendemo dari Poco Leok,” ujar seorang warga ke media ini, pada Sabtu (7/6/2025).
Anak buah Pater Simon ada saat demo berjalan serta media lokal masif membentur pemda dan warga Poco Leok.

Demo di Hari Lingkungan Sedunia itu juga terlihat anak buah Pater Simon, yang datang untuk memantau.
Yang anehnya media-media lokal juga memberitakan situasi saat demo, sama sekali tidak menulis permintaan maaf Tedi CS, ke Bupati Hery Nabit, terlihat narasi-narasi yang ditulis murni untuk membuat perseteruan yang panjang antar mereka dengan Pemda Manggarai.
Anggota LSM dan media lokal itu juga sesekali terlihat berkumpul bersama-sama, setelah itu kembali ke kerumunan masa aksi dan membuat video. Bisa diduga, mereka sedang ingin melihat situasi yang luar biasa terjadi saat itu.
Namun LSM dan media lokal itu juga lupa kalau belum ada dampak apa-apa dari pengembangan Geothermal di Poco Leok. Yang sudah berjalan hanya di Ulumbu yang sudah dimanfaatkan sejak tahun 2012 sampai saat ini, untuk menerangi seluruh perkampungan di 12 Kecamatan di Kabupaten Manggarai.