Ruteng, Pijarflores.com – Dalam upaya menjawab tantangan kesehatan calon pengantin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di masa depan, UPTD Puskesmas Ponggeok meluncurkan inovasi Pelayanan Edukasi dan Skrining Terintegrasi Calon Pengantin atau Inovasi Pesta Catin.
Inovasi Pesta Catin menjadi angin segar dalam pelayanan kesehatan pranikah yang selama ini dinilai masih pasif dan belum menyentuh seluruh pasangan calon pengantin secara menyeluruh khusunya di wilayah kerja Puskesmas Ponggeok.
Demikian disampaikan Kepala UPTD Puskesmas (Kapus) Ponggeok Kecamatan Satar Mese, Adrianus Gaur, A.Md. Kep., di Ponggeok, Selasa (15/07). “Inovasi Pesta Catin hadir untuk menjawab kebutuhan nyata di lapangan. Apalagi didukung oleh sejumlah regulasi nasional dan daerah, mulai dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2023 tentang Kesehatan hingga Peraturan Bupati Manggarai Nomor 125 Tahun 2024 tentang Penetapan Inovasi Daerah,” jelas Gaur optimis.
Lebih lanjutnya Kapus Adrianus memaparkan, data tahun 2023 menunjukkan dari 106 calon pengantin hanya 43 orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan. Di tahun-tahun sebelumnya dan saat ini, kasus kehamilan remaja, KEK (Kurang Energi Kronik), anemia, serta penyakit penyerta seperti HIV, sifilis, dan hepatitis masih ditemukan pada ibu hamil.
“Kasus Kehamilan Remaja tahun 2024 di Puskemas Ponnggeok tercatat sebanyak 28 orang. Bahkan, tahun 2024 terdapat 12 kasus penyakit penyerta pada kehamilan, termasuk 3 sifilis dan 1 HIV. Situasi ini memperlihatkan perlunya intervensi sejak sebelum pernikahan dimulai,” tandasnya.
Inovasi Pesta Catin: Jawaban Inovatif dan Terstruktur
Menurut Kapus Adrianus, melalui pendekatan kolaboratif lintas sektor, termasuk kemitraan strategis dengan gejreja dan tokoh masyarakat, Puskesmas Ponggeok berhasil merancang sistem penjaringan calon pengantin secara aktif dan sistematis.
Sebelumnya, pelayanan kesehatan pranikah hanya dilakukan pasif menunggu calon pengantin datang sendiri ke puskesmas tanpa adanya edukasi dan skrining yang terjadwal.
Kini dengan Inovasi Pesta Catin jelas Kapus Adrianus, perubahan signifikan terjadi. Perubahan tersebut antara lain 1) Pelayanan menjadi aktif, sistematis, dan berbasis kemitraan; 2) Tersedia fasilitas pemeriksaan lengkap dan logistik pendukung; 3) Setiap calon pengantin mendapat sertifikat kesehatan pranikah; dan 4) Dilakukan edukasi dan konseling intensif terkait kesehatan reproduksi, risiko kehamilan, dan perencanaan keluarga.
Kapus Adrianus menambahkan hanya dalam kurun waktu dua tahun, hasilnya sangat menggembirakan. “Pada Tahun 2023, kunjungan catin sebanyak 43 orang, tahun 2024, meningkat tajam menjadi 86 orang dan pada tahun 2025 hingga Mei, seluruh 106 calon pengantin telah mengikuti pemeriksaan lengkap dan mendapatkan sertifikat,” tambahnya.
Selain itu, terjadi penemuan dini terhadap kasus berisiko seperti anemia, KEK, sifilis, dan penyakit menular lainnya. Bahkan, tahun 2025 menunjukkan kemajuan signifikan, tidak ditemukan lagi kasus KEK pada catin, menandakan keberhasilan intervensi sejak dini.
Tak hanya itu, kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) gencar dilakukan di gereja, sekolah, dan komunitas desa. Hasilnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sebelum menikah dan saat kehamilan terus meningkat.
Manfaat Nyata dan Dampak Berkelanjutan
Melalui Inovasi Pesta Catin jelas Kapus Adrianus, calon pengantin tidak hanya mendapat edukasi dan layanan kesehatan, tetapi juga terbentuk pola pikir baru dalam masyarakat tentang pentingnya kesiapan kesehatan reproduksi sejak dini. “Jejaring kolaboratif antara puskesmas, pemerintah desa, paroki, tokoh pendidikan, dan masyarakat pun semakin solid, menjadi fondasi kuat untuk keberlanjutan inovasi ini,” ungkapnya.
Bahkan Kapus Adrianus yakin Inovasi Pesta Catin bukan hanya tentang skrining kesehatan, tapi tentang menyelamatkan masa depan generasi Manggarai. “Dengan mempersiapkan calon pengantin secara fisik, mental, dan sosial, kita telah berkontribusi besar pada penurunan angka kematian ibu dan bayi, serta pencegahan stunting,” tuturnya.